KOMERSIALISASI BERKEDOK OSJUR
Dalam kamus besar bahasa indonesia Komersialisasi adalah perbuatan menjadikan sesuatu sebagai barang dagangan. Merujuk pada arti tersebut, komersialisasi yang berkedok osjur dapat diartikan; kegiatan ospek jurusan (osjur) dijadikan sebagai barang dagangan untuk mendapatkan keuntungan yang dinikmati oleh segelintir oranga saja. Osjur merupakan kegiatan atau acara pengenalan budaya akademik jurusan atau prodi yang diperuntukkan mahasiswa baru untuk memberikan edukasi dan urgensi tertkait dengan jurusannya atau prodinya. namun sayangnya melihat fatkta dilapangan acara tersebut bukan memberikan pelajaran yang edukatif tetapi memberikan kesan dan membangun embrio yang berbau kapitalis dan komersil saja. karena beberapa hari yang lalu temen-temen mahasiswa baru fakultas Syariah dan Hukum dihebohkan dengan masalah osjur tersebut, bahkan sampai ada yang mengeluarkan pamflet penolakan akan adanya acara itu lantaran biaya yang harus di keluarkan lumayan mahal dan tidak sesuai dengan keadaan dan kemampuan mahasiswa. Dan yang menjadi pertanyaan, apa urgensinya ospek jurusan? dan kenapa harus ada ospek jurusan? dua pertanyaan ini cukup menggelitik pikiran saya sebagai mahasiswa yang memang tidak pernah menyetujui adanya hal tersebut. Kalau memang osjur adalah sebagai pengenalan budaya akademik jurusan kenapa mahasiswa mesti mengeluarkan biaya dalam pelaksanaannya, bukankah hal itu semestinya disediakan oleh fakultas jika memang osjur itu adalah produk kebijakan yang dikeluarkan oleh fakultas dan seharusnya sudah ter-includ dalam pembayaran Uang Kuliah Tunggal(UKT), karena kegiatan dilakukan oleh fakultas atau organiasi internal kampus yang mana namanya organisasi internal pasti memiliki Dana Pendidikan dan Pembinaan (DPP).
Ilustrasi gambar
Tetapi yang terjadi di lapangan tidak demikian mahasiswa baru harus mengeluarkan biaya yang nominalnya begitu tinggi dan ini sudah bisa dikatakan pemerasan, karena MABA yang ikut atapun yang tidak diwajibkan untuk membayar pula, tindakan ini sangat tidak masuk akal sama sekali. Dan anehnya lagi tindakan pemerasan tersebut disetujui oleh salah satu ketua prodi dengan mengeluarkan surat edaran “bahwa mahasiswa wajib ikut osjur” kan konyol banget kalau demikian. Mahasiswa seharusnya menolak dan wajib hukum untuk menolak akan adanya osjur, jika tidak ada kejelasan dalam pelaksanaannya dan benefit yang didapatkan dari acara tersebut. Jangan sampai kampus mencetak mahasiswa yang berparadigma dan bermental kapitalis dan komersial. Karena kampus tempat orang-orang yang bisa mamanusiakan manusia, tidak menganggap orang lain sebagai objek untuk diperas dan hanya menguntungkan dirinya saja. Tetapi sama-sama subjek yang perlu kita berlakukan sama dengan diri kita.
Dan ketika melihat dana yang dikeluarkan tidak sedikit itu bukti tidak manusiawi, tentu bermacam-macam alasan yang di lontarkan bahwa adanya osjur sebagai jembatan untuk menciptakan harmonisasi dan juga moment untuk saling mengenal antara satu dengan yang lain. Berarti kalau demikian kampus atau fakultas Syariah dan Hukum tidak mampu dan bahkan dikatakan gagal untuk menciptakan mahasiswa yang humanis dan berjiwa sosialis. Padahal mereka sudah setiap hari ketemu tatap muka dalam kelas dan diluar kelas setiap hari bertemu di fakultas, kiranya itu jauh lebih dari cukup untuk menciptakan keharmonuisan. Tidak perlu ke Villa Pacet atau keluar kampus untuk menciptakan rasa itu, dan mengeluarkan dana yang begitu banyak yang kesannya hanya ingin mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya dengan mengadakan osjur. Maka hentikan acara osjur jika tidak bisa memberikan pembelajaran yang edukatif dan membuat alasan yang sangat tidak rasional. Didiklah MABA untuk menjadi orang yang kritis dan idealis. jangan sampai mereka diwarisi budaya yang tidak layak untuk dijadikan prinsipnya sebagai mahasiswa dan perlu didukung mahasiswa yang memiliki keberanian memberontak untuk melakukan menolakan akan adanya acara komersialisasi yang berkedok osjur ini.
Ajari mereka untuk berpikir idealis dan kritis agar memiliki keberanian untuk melawan segala bentuk ketidak adilan dan kemapanan yang memang perlu diperbaiki tatanan yang tidak baik dan menghentaskan segala budaya-budaya yang busuk dan tidak layak dilakukan oleh orang-orang terdidik dan didik. Karena hanya mahasiswa yang memiliki harapan untuk menjadi penentang segala bentuk kedzholiman.
Maka tidak kata lagi selain LAWAN..!!
*mahasiswa
Komentar
Posting Komentar